Makan Daging Kambing Sebabkan Kolesterol dan Hipertensi, Benarkah?

Foto: Pexels.com Foto: Pexels.com

Apakareba: Di Indonesia, tak lengkap rasanya bila kita merayakan Iduladha tanpa memasak atau memakan olahan kambing. Biasanya, daging kambing akan diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti sate, sop kaki, tongseng, hingga gulai kambing. 

Di balik kelezatan cita rasanya, daging kambing dikenal mengandung kolesterol yang cukup tinggi dan salah satu makanan penyebab hipertensi. Tentunya, informasi yang beredar di tengah masyarakat itu membuat para pecinta olahan kambing harus menahan diri. Tetapi, bagaimana fakta sebenarnya ya?

Kebanyakan orang pasti akan berpikir bahwa daging ayam lebih baik dikonsumsi bagi penderita kolesterol tinggi ketimbang daging kambing. Namun, siapa sangka, daging kambing justru memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang lebih rendah lho

Kolesterol dan lemak daging kambing lebih rendah

Dilansir dari Live Strong, dalam 3 ons atau sekitar 85 gram daging kambing mengandung 122 kalori, 2,6 gram lemak, dan 64 miligram kolesterol. Angka tersebut jauh lebih sedikit daripada daging sapi dalam porsi yang sama, yakni mengandung 179 kalori, 7,9 gram lemak, dan 73 miligram kolesterol. Bahkan bila dibandingkan dengan daging ayam, daging kambing masih lebih rendah. Dalam 85 gram daging ayam, terkandung 162 kalori, 6,2 gram lemak, dan 76 miligram kolesterol. 

Tak hanya kandungan kolesterol yang lebih rendah, daging kambing juga memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi. Daging kambing mengandung 3,2 miligram zat besi per porsi mengalahkan daging sapi serta ayam yang masing-masing memiliki 2,9 miligram dan 1,5 miligram zat besi.

Dari penjabaran di atas memperlihatkan bahwa daging kambing sangat bisa menjadi alternatif sumber protein hewani yang aman, khususnya bagi penderita kolesterol tinggi. Tetapi, kalian juga tetap harus memperhatikan cara pengolahannya ya!

Baca juga: 5 Tips Menjaga Kesegaran Daging Kurban Walau Disimpan di Lemari Pendingin

Sebagai informasi, anjuran konsumsi lemak orang per hari adalah 20-25% dari total energi (702 kkal) per hari. Takaran ini setara dengan lima sendok makan minyak goreng atau 67 gram lemak. Anjuran tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 30 Tahun 2013 tentang Percantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak Serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.

Benarkah daging kambing sebabkan hipertensi?

Banyak kepercayaan yang beredar di tengah masyarakat Indonesia soal daging kambing, salah satunya adalah daging merah tersebut dianggap bisa menyebabkan darah tinggi atau hipertensi. Keyakinan itu tentunya membuat para penderita hipertensi harus rela tidak menyantap daging kambing, baik saat Iduladha maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kabar baiknya, anggapan masyarakat terhadap daging kambing ini tidak sepenuhnya benar. Dalam penelitian yang diterbitkan di Asian-Australasian Journal of Animal Sciences, Katsunori Sunagawa dan rekan-rekannya, memberi makan tikus berusia 15 minggu dengan pakan yang berbeda-beda. 

Pada percobaan pertama, 24 ekor tikus dipisahkan secara merata menjadi 4 kelompok. Lebih rincinya dapat dilihat dalam penjabaran di bawah ini:

•    Kelompok control (CP): Diberi makan diet yang mengandung 20% ayam dan 0,3% garam secara bahan kering.
•    Kelompok daging kambing (GM): Diberi pakan yang mengandung 20% daging kambing dan 0,3% garam.
•    Kelompok daging kambing/garam (GS): Diberi pakan yang mengandung 20% kambing dan 3%-4% garam.
•    Kelompok Okinawan mugwort (Artemisia Princeps Pampan)/garam (GY): Diberi pakan yang mengandung 20% daging kambing, 3%-4% garam, dan 5% bubuk mugwort beku-kering.

Hasil dari percobaan pertama itu menunjukkan bahwa tekanan darah pada kelompok GM hampir sama dengan kelompok CP selama percobaan. Sementara, tekanan darah tikus pada kelompok GS dan GY dari 15 sampai 19 minggu sama dengan kelompok CP. Tetapi, tekanan darah mereka secara signifikan lebih tinggi setelah mencapai usia 20 minggu.

Selanjutnya, percobaan kedua dilakukan untuk memperjelas apakah peningkatan tekanan darah pada kelompok GS dan GY pada percobaan pertama disebabkan oleh asupan garam yang berlebihan atau tidak. Ketika jumlah garam dalam makanan kelompok GS dan GY dikurangi dari 4% menjadi 0,3%, ternyata tekanan darah hewan kembali menjadi normal. 

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa seperti dalam kasus konsumsi ayam, konsumsi daging kambing yang bekerpanjangan tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah. Melainkan jumlah kandungan garam yang besar dalam hidangan daging kambing bertanggung jawab atas peningkatan tekanan darah.

Jadi, daging kambing bukanlah penyebab hipertensi. Namun, penggunaan garam secara berlebihan dalam olahan daging kambing-lah yang dapat memicu peningkatan tekanan darah dalam tubuh. Selain itu, pengolahan daging kambing yang tidak sehat juga dapat memicu hipertensi. 
 



(SYI)

Berita Lainnya